Senin, 21 Juni 2010

Handbook of Medicinal Plants



Phytochemistry of Medicinal Plants

Makanan Pembunuh Kanker

Begitulah hasil riset yang difokuskan pada nutrisi oleh ahli biologi molekuler, Susan J. Zunino, dari Agricultural Research Service Western Human Nutrition Research Center, Davis, California, Amerika Serikat. Riset tersebut diharapkan dapat mengungkap bagaimana zat kimia dalam tumbuhan itu bisa memerangi penyakit yang dikenal sebagai leukemia limfoblastik akut.

Penelitian Zunino berawal dari temuannya pada 2006 tentang kemampuan carnosol dari rosemary, curcumin dari kunyit, resveratrol dari anggur, serta asam ellagic, kaempferol dan quercetin dari stroberi untuk membunuh sel-sel leukemia. Dalam riset di laboratorium, dia menggunakan kultur dari sel darah manusia sehat dan pengidap kanker sebagai model.

Penemuan ini tidak hanya menarik minat para peneliti kanker, tapi juga ahli nutrisi yang mengeksplorasi manfaat kesehatan senyawa alami dalam buah-buahan, sayuran, bumbu, dan rempah-rempah. Para peneliti itu belum mengetahui secara rinci bagaimana zat kimia tumbuhan atau fitokimia mendukung sel yang sehat dan memerangi sel yang merusak, termasuk fitokimia yang terkenal, seperti resveratrol pada anggur, blueberry, dan sejumlah buah lain.

Penyelidikan yang dilakukannya menyediakan beberapa petunjuk baru tentang bagaimana fitokimia menyerang sel kanker. Misalnya, Zunino menemukan bahwa fitokimia mengganggu operasi mitokondria, pembangkit tenaga miniatur yang menghasilkan energi di dalam sel. Tanpa energi, sel bakal mati.

Mitokondria yang terpapar resveratrol dan fitokimia lainnya tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Namun, Zunino mengakui, butuh riset lebih mendalam untuk memastikan dan memahami bagaimana fitokimia bisa mengganggu kerja mitokondria. Zunino dan timnya ingin mengetahui lebih banyak tentang kemampuan fitokimia lainnya yang bisa mengakibatkan kematian sel.

SCIENCEDAILY


Sumber :

http://www.tempointeraktif.com/hg/iptek/2008/03/12/brk,20080312-120041,id.html


Daftar Fitokimia Antikanker

Sudah lebih dari 200 studi berhasil membuktikan bahwa orang yang banyak mengkonsumsi sayur dan buah, risiko terkena kankernya menurun. Zat fitokimia terdapat pada sayuran, buah-buahan, teh dan tumbuh lain.

Zat fitokimia berguna untuk mencegah mutasi sel yang menyebabkan kanker. Zat ini juga berguna untuk menambah sistem kekebalan tubuh alami. Disamping itu juga berguna untuk memerangi tumor, menutup suplai darah ke tumor dan mengurangi ukuran tumor.

Di mana saja zat ini dapat ditemukan? Berikut ini daftarnya:

Antioksidan

Orang mengenal vitamin A, C dan E sebagai antioksidan. Bawang merah, dan bawang putih adalah antioksidan yang mengandung flavonoid quercetin yang bisa mengurangi risiko kanker perut dan memperkuat kekebalan tubuh.

Antioksidan catechin yang terdapat dalam teh hijau mampu memerangi kanker.

Stroberi yang mengandung ellagic acid bisa mengikuti zat kimia penyebab kanker.

Sulforophane yang ditemukan pada kubis, brokoli dan sejenisnya termasuk zat antioksidan yang ampuh melawan kanker.

Selenium juga terbukti bersifat antikanker. Ditemukan pada kacang-kacangan dan kerang.

Karotenoid yang terdapat pada wortel, bit, pepaya, mangga dan sayuran berwarna hijau tua adalah kelompok zat antioksidan utama. Zat ini juga manjur sebagai pencegah kanker.

Isoflavon

Terdapat pada kedelai. Zat ini adlah tipe fitoestrogen yang secara signifikan terbukti mengurangi risiko kanker payudara. Ini karena zat estrogen pada kedelai meniru estrogen dalam tubuh manusia, sehingga estrogen yang diproduksi tubuh menjadi lebih sedikit. Kadar estrogen yang rendah ini sering diasosiasikan dengan lebih rendahnya kejadian kanker payudara pada wanita.

Serat

Zat ini sering dihubungkan dengan penurunan risiko kanker payudara, usus dan pankreas. Para peneliti mengajukan hipotesa bahwa serat tak larut mempercepat pengeluaran makanan, membawa zat penyebab kanker, logam berat dan estrogen sebelum diserap oleh usus ke dalam tubuh.


Sumber: 

Majalah HealthToday, dalam :

http://cyberman.cbn.net.id/cbprtl/cybermed/detail.aspx?x=Health+News&y=cybermed%7C0%7C0%7C63%7C1312



Prosedur Penapisan Fitokimia

Penapisan fitokimia dilakukan terhadap serbuk simplisia dilakukan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder yang terkandung disimplisia tersebut. Pengujian ini merupakan pengujian pendahuluan yang biasa dilakukan sebelum dilakukan pengujian- pengujian lanjutan. Adanya pengetahuan mengenai kandungan senyawa metabolit sekunder yang terkandung didalam simplisia, akan memudahkan dalam identifikasi kemungkinan aktivitas dari simplisia yang digunakan. Contohnya adalah golongan Monoterpenoid dan seskuiterpenoid (Minyakl atsiri) biasanya memilki aktivitas sebagai antibakteri, sedangkan golongan Flavonoid bisanya memiliki aktivitas sebagai antikanker. Berikut ini adalah prosedur penapisan fitokimia :


Skrining Senyawa Alkaloid

Serbuk simplisia dibasakan dengan amonia, kemudian ditambahkan kloroform, digerus kuat-kuat. Lapisan kloroform dipipet sambil disaring, kemudian kedalamnya ditambahkan asam klorida 2 N. Campuran dikocok kuat-kuat hingga terdapat dua lapisan. Lapisan asam dipipet, kemudian dibagi menjadi 3 bagian:

Kepada bagian 1 ditambahkan pereaksi Mayer. Terjadinya endapan atau kekeruhan diamati. Bila terjadi kekeruhan atau endapan berwarna putih, berarti dalam simplisia kemungkinan terkandung alkaloid.

Kepada bagian 2 ditambahkan pereaksi Dragendorf. Terjadinya endapan atau kekeruhan diamati. Bila terjadi kekeruhan atau endapan berwarna jingga kuning, berarti dalam simplisia kemungkinan terkandung alkaloid.

Bagian 3 digunakan sebagai blanko.


Skrining Senyawa Flavonoid

Sejumlah kecil serbuk simplisia dalam tabung reaksi dicampur dengan serbuk magnesium dan asam klorida 2 N. Campuran dipanaskan di atas tangas air, lalu disaring. Kepada filtrat dalam tabung reaksi ditambahkan amil alkohol, lalu dikocok kuat-kuat. Adanya flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna kuning hingga merah yang dapat ditarik oleh amil alkohol.


Skrining Senyawa Polifenolat

Sejumlah kecil serbuk simplisia dalam tabung reaksi dipanaskan di atas tangas air, kemudian disaring. Kepada filtrat ditambahkan larutan pereaksi besi (III) klorida. Adanya senyawa fenolat ditandai dengan terjadinya warna hijau-biru hitam hingga hitam.


Skrining Senyawa Tanin

Sejumlah kecil serbuk simplisia dalam tabung reaksi dipanaskan di atas tangas air, kemudian disaring. Kepada filtrat ditambahkan larutan gelatin 1%. Adanya senyawa tanin ditandai dengan terjadinya endapan berwarna putih.


Skrining Senyawa Monoterpenoid dan Seskuiterpenoid

Serbuk simplisia digerus dengan eter, kemudian dipipet sambil disaring. Filtrat ditempatkan dalam cawan penguap, kemudian dibiarkan menguap hingga kering. Kepada hasil pengeringan filtrat ditambahkan larutan vanillin 10% dalam asam sulfat pekat. Terjadinya warna-warna menunjukkan adanya senyawa mono dan seskuiterpenoid.


Skrining Senyawa Steroid dan Triterpenoid

Serbuk simplisia digerus dengan eter, kemudian dipipet sambil disaring. Filtrat ditempatkan dalam cawan penguap, kemudian dibiarkan menguap hingga kering. Kepada hasil pengeringan filtrat ditambahkan pereaksi Liebermann Burchard. Terjadinya warna ungu menunjukkan adanya senyawa triterpenoid sedangkan adanya warna hijau biru menunjukkan adanya senyawa steroid.


Skrining Senyawa Kuinon

Sejumlah kecil serbuk simplisia dalam tabung reaksi dipanaskan di atas tangas air, kemudian disaring Kepada filtrat ditambahkan larutan KOH 5%. Adanya senyawa kuinon ditandai dengan terjadinya warna kuning hingga merah.


Skrining Senyawa Saponin

Sejumlah kecil serbuk simplisia dalam tabung reaksi dipanaskan di atas tangas air, kemudian disaring. Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dikocok kuat secara vertikal selama sekitar 5 menit. Terbentuknya busa yang mantap dan tidak hilang selama 30 menit dengan tinggi busa minimal 1 cm menunjukkan adanya saponin.


Sumber :

http://raturalna.blogspot.com/2010/05/prosedur-penapisan-fitokimia.html






Stroberi, Si Manis Pencegah Kanker

Pada stroberi yang berwarna merah dan manis rasanya, terkandung zat-zat gizi yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Buah ini mengandung vitamin, mineral, serta beberapa jenis senyawa fitokimia yang mampu menangkal kanker, menurunkan tekanan darah, serta mengurangi akibat yang disebabkan diabetes.

Bila Anda harus memilih satu jenis es krim, susu, atau yoghurt, rasa apa yang paling disukai? Hampir dapat dipastikan bahwa salah satu rasa kesukaan Anda adalah stroberi, selain vanila dan moka. Sayangnya rasa stroberi yang Anda nikmati tersebut umumnya berasal dari flavor (pencita rasa), bukan dari buah aslinya.

Dewasa ini teknologi pembuatan flavor sudah berkembang sangat pesat. Hampir semua cita rasa alam telah dapat dibuat sintetiknya secara kimiawi. Bagaimanapun, buah stroberi masih tentu,saja jauh lebih unggul.

Tanaman stroberi telah dikenal sejak zaman Romawi, tetapi berbeda dengan stroberi yang dikenal saat ini. Stroberi yang dibudidayakan sekarang merupakan stroberi modern dengan nama ilmiah Fragaria xananassa Duchesne, yang dalam bahasa Inggris lebih dikenal sebagai strawberry.

Negara penghasil stroberi terbesar di dunia adalah Amerika Serikat yang mencapai 245 persen dari total produksi dunia. Negara produsen, lain yang cukup potensial adalah Jepang, Meksiko, Polandia, Italia, dan New Zealand.

Di AS, stroberi terutama ditanam di negara bagian California dengan lugs areal mencapai 37,7 persen dari seluruh areal produksi stroberi AS. Negara bagian lain yang juga memproduksi stroberi adalah Florida, Oregon, Washington, Louisiana, Michigan, New York, Ohio, New Jersey, dan Arkansas. Beberapa kultivar stroberi yang banyak ditanam adalah Douglas, Pajaro, Chandler, dan Parker.


Indonesia Tidak Ketinggalan

Walaupun tidak sehebat di AS, stroberi juga sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Nenek moyang stroberi yang dibudidayakan di Indonesia berasal dari Amerika.

Pada pertengahan tahun 1990-an, tanaman buah ini mulai dikenal dan dikembangkan oleh petani Indonesia, khususnva oleh petani Rancabali Bandung, Jawa Barat. Stroberi tumbuh cukup baik di daerah ini kerena udaranya dingin menyerupai habitat aslinya. Jenis stroberi yang banyak ditanam penduduk adalah Fragaria nilgerrensis, yang oleh warga setempat lebih dikenal sebagai stroberi Nyoho.

Stroberi jenis lain yang juga mulai dibudidayakan adalah stroberi California (Frogariaversca), Holland, dan Ananassa (Fragaria ananassa). Menurut beberapa petani, kultivar-kultivar itu dapat dibedakan dari bentuk buahnya. Buah stroberi Nyoho dan Ananassa agak mengerucut (konikal), sementara California dan Holland agak membulat (globosa). Kesamaannya, petani dapat memanen buah stroberi tiga hingga empat kali seminggu.

Selain di daerah Jawa Barat, tanaman stroberi juga dapat dijumpai di Jawa Tengah, yaitu di sentra pertanian Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. Jenis stroberi yang dibudidayakan yaitu jenis daun keriting dan tristar yang memang cocok ditanam di daerah ini. Budi daya stroberi juga sudah dilakukan di daerah Sukabumi, Cipanas, Lembang, Batu, dan Bedugul (Bali).

Warna buah yang masih mencolok dengan bentuk mungil serta rasa yang manis segar telah menempatkan stroberi sebagai tanaman buah yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Warna dan rasanya yang khas menyebabkan buah stroberi sangat digemari oleh seluruh lapisan masyarakat, dari anak-anak hingga usia lanjut. Buah stroberi banyak digunakan sebagai campuran es krim, yoghurt, susu bubuk, aneka kue, dan lain-lain.

Buah stroberi memiliki beberapa bentuk. Menurut penggolongan dari USDA ada delapan bentuk buah yang umum, yaitu oblate, globose,
globose conic, conic, long coni necked, long wedge, dan shop wedge. Buah yang berbentuk oblate dan globose mempunyai ujung bulat, yang berbentuk bentuk conic memiliki ujung meruncing, sedangkan yang wedge memiliki ujung mendatar. Bentuk-bentuk tersebut ditentukan oleh sifat genetik.


Mineral dan Vitamin

Ciri dari buah stroberi adalah memiliki protein, lemak, dan karbohidrat yang rendah, yaitu masing-masing 0,8 g, 0,5 g, dan 8 g per 100 gram daging buah. Total energi dari 100 gram buah adalah 37 kkal. Kenyataan ini memungkinkan kita untuk mengonsumsi stroberi dalam jumlah banyak, tanpa khawatir akan terjadinya kenaikan bobot badan.

Mineral potensial yang ada di dalam 100 gram buah stroberi adalah 28 mg kalsium, 27 mg fosfor, 0,8 mg zat besi, 10 mg magnesium, 27 mg potassium, dan 0,7 mg selenium. Vitamin yang dapat diandalkan adalah 60 SI vitamin A, 60 mg vitamin C, 0,03 mg vitamin B1, serta 17,7 mcg asam folat. Kandungan lain, yakni air, sebanyak 89,9 g.

Kandungan vitamin C stroberi lebih tinggi dibandingkan buah jeruk atau orange. Vitamin C sangat bermanfaat sebagai pelawan infeksi dan pencegah kanker. Menurut American Cancer Society, makanan yang kaya akan vitamin C seperti stroberi, dapat menurunkan risiko kanker saluran pencernaan.


Manfaat Fitokimia bagi Kesehatan

Mengonsumsi bahan pangan berwarna hijau saja setiap hari tidaklah cukup. Menurut National Canter Institute, kita seharusnya mengonsumsi paling tidak satu clan masing-masing lima kelompok bahan pangan berwarna setiap harinya. Kelima kelompok warna tersebut adalah merah, putih, biru atau ungu, kuning, dan hijau.

Mengapa kita dianjurkan melakukan hat tersebut? Alasan yang mendasarinya, setiap warna menunjukkan jenis senyawa tertentu yang dominan pada suatu bahan pangan. Sesungguhnya di balik warna-warna tersebut terkandung senyawa fitokimia yang berbeda dengan manfaat yang sangat luar biasa bagi tubuh. Stroberi merupakan salah sate bahan pangan yang mewakili kelompok bahan pangan berwarna merah.

Sesuai dengan namanya, senyawa fitokimia merupakan senyawa spesifik yang terdapat pada jenis tanaman tertentu (fito= tanaman) dengan manfaat yang juga sangat spesifik. Menyadari pentingnya pecan senyawa fitokimia tersebut, beberapa upaya telah dilakukan oleh para ahli untuk mengekstrak atau mengisolasi senyawa fitokimia tertentu dari beberapa jenis tanaman.

Namun, upaya-upaya tersebut tidak selalu berhasil dengan baik. Dalam banyak kasus, suatu senyawa fitokimia hanya aktif dan bermanfaat jika berada dalam kondisi bersinergi dengan komponen lainnya pada bahan pangan tertentu. Upaya isolasi dan pemurnian menyebabkan, senyawa tersebut tercabut dan terpisah dari yang lainnya, sehingga khasiatnya menjadi menurun atau hilang sama sekali. Oleh karena itu, konsumsi pangan alami jauh lebih baik daripada yang telah dimurnikan.
Beberapa senyawa fitokimia yang terdapat pada buah stroberi adalah:

1. Anthocyanin
Anfhocyanin tergolong dalam komponen flavonoid. Senyawa ini merupakan pigmen pemberi warna merah pada stroberi. Anthocyanin memiliki efek dalam menurunkan tekanan darah serta melindungi terhadap masalah-masalah yang disebabkan oleh diabetes.

2. Ellagic Acid
Selain zat gizi, stroberi juga mengandung senyawa fitokimia yang disebut etlagic acid, yaitu suatu persenyawaan fenol yang berpotensi sebagai antikarsinogen dan antimutagen. Senyawa karsinogen yang memicu timbulnya kanker tersebar luas di lingkungan kita, baik yang berasal dari bahan pangan maupun nonpangan. Oleh karena itu, sudah selayaknya kita membekali diri dengan banyak mengonsumsi bahan pangan yang mengandung senyawa antikarsinogen, seperti stroberi.

Ellagic acid merupakan persenyawaan fenolik alamiah yang ditemukan pada beberapa famili tanaman,`seperti Rosaceae, Fagaceae, Saxifragaceae, Cunomirutceae dan Myrotharnnaceae. Jenis tanaman dan famili Rosaceae yang banyak mengandung ellagic acid di antaranya stroberi dan apel. Pada stroberi, senyawa tersebut terdapat pada bagian biji, daun, dan daging buah. Kandungan ellagic acid dalam buah stroberi berkisar antara 0,43 - 4,64 mg per gram berat kering. Amerika Serikat merupakan negara yang paling getol meneliti khasiat ellagic acid karena penduduk merekalah yang paling banyak mengonsumsi stroberi di dunia.

3. Catechin, Quercetin dan Kaempferol
Selain ellagic acid, senyawa folifenol lain yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan adalah cateehin, quer-cetin, dan kaempferol. Diketahui bahwa sifat antioksidatif dari senyawa fitokimia dalam stroberi dapat membantu dalam menurunkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular, melalui mekanisme penghambatan oksidasi kolesterol-LDL (kolesterol jahat), menaikkan stabilitas plak, meningkatkan fungsi endotelial vaskuler, dan menurunkan tendensi terjadinya proses trombosis (penggumpalan darah) (Hannum, 2004).

Hasil penelitian pengukuran aktivitas antioksidan total terbadap beberapa jenis buah-buahan menempatkan stroberi pada urutan keempat setelah cranberi, apel, dan anggur merah, Aktivitas antioksidan stroberi masih lebih baik dibandingkan buah peach, lemon, dan pir (Hannum, 2004).


Hambat Pembiakan Sel Kanker

Aktivitas antiproliferatif diukur berdasarkan penghambatan terhadap proliferasi (pembiakan yang subur) sel kanker hati manusia secara in vitro. Berdasarkan hasil penelitian, pemberian ekstrak beberapa jenis kultivar stroberi (Earliglow, Annapolis, Evangeline, Allstar, sable, Sparkle, Jewel dan mesabi) secara signifikan menghambat proliferasi sel kanker tersebut. Kultivar Earligow menunjukkan aktivitas penghambatan tertinggi, sedangkan Annapolis menunjukkan penghambatan terendah (Meyers et al.,2003).

Hasil penelitian pengukuran aktivitas antiproliferatif terhadap beberapa jenis buah-buahan menempatkan stroberi pada urutan keempat setelah cranberi, lemon dan apel. Aktivitas antiproliferatif stroberi masih lebih baik dibandingkan buah anggur merah, pisang dan peach.


Sumber:

Senior (20 September 2005), dalam :

http://www.pdgi-online.com/v2/index.php?option=com_content&task=view&id=195&Itemid=1

21 Juni 2010




Sehat dengan Mengonsumsi Bekatul

Bekatul sebagai hasil samping penggilingan padi diperoleh dari lapisan luar karyopsis beras. Meskipun bekatul tersedia melimpah di Indonesia, namun pemanfaatannya untuk konsumsi manusia masih terbatas. Hingga saat ini pemanfaatannya terbatas sebagai pakan. Nilai gizi bekatul sangat baik, kaya akan vitamin B, vitamin E, asam lemak esensial, serat pangan, protein, oryzanol, dan asam ferulat. Pada tulisan ini akan dipaparkan komposisi fitokimia, stabilitas dan manfaat kesehatan bekatul serta potensinya sebagai pangan fungsional.

Komposisi Fitokimia dan Stabilitas Bekatul

Senyawa fitokimia (phytos = tanaman, chemicals = zat kimia) menjadi topik penelitian penting karena dapat memberikan fungsi-fungsi fisiologis dalam pencegahan penyakit degeneratif. Komposisi fitokimia bekatul sangat bervariasi, tergantung kepada faktor agronomis, varietas padi, dan proses penggilingannya (derajat sosoh). Fraksi tak tersabunkan dari minyak bekatul terdapat sampai 5% dari berat minyak, dengan kandungan utamanya sterol. Sterol yang terdapat dalam jumlah banyak adalah ?-sitosterol yang jumlahnya 50% dari total sterol. Komponen penting lainnya adalah senyawa tokol (tokotrienol dan tokoferol). Tokoferol adalah vitamin E yang bersifat antioksidan yang kuat sehingga penting dalam menjaga kesehatan manusia. Kandungan lainnya yang juga memberikan pengaruh kesehatan sangat menguntungkan adalah oryzanol dan asam ferulat (ferulic acid).

Penggunaan bekatul sebagai makanan terbatas karena sifatnya mudah rusak karena aktivitas hidrolitik dan oksidatif dari enzim lipase yang secara alamiah (endogenous) terdapat pada minyak bekatul atau oleh mikroba. Untuk memperolah bekatul awet bersifat food grade dengan mutu yang tinggi, seluruh komponen penyebab kerusakan harus dikeluarkan atau dihambat, dan pada saat bersamaan kandungan komponen berharga (nutritional) harus tetap dijaga.

Dari beberapa metode stabilitas yang telah dilakukan, bahwa metode/perlakuan pemanasan dengan tekanan tinggi dan kadar air tetap dapat dianggap cara terbaik. Metode ini berdasarkan pemanfaatan kadar air bekatul sebagai perantara (heat transfer), denaturasi enzim, dan sterilisasi. Dua metode yang tergolong proses ini adalah drum berputar dan ekstrusi pindah panas. Keuntungan proses ini tidak membutuhkan aliran uap air dari luar, peralatannya relatif kecil, dan mudah instalasi dan operasinya. Dengan demikian unit dapat digabungkan dengan unit penggilingan beras dengan sedikit modifikasi.

Manfaat Kesehatan dan Potensi Bekatul Sebagai Pangan Fungsional

Bekatul memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi dan ditambah komponen bioaktif oryzanol, tokoferol, dan asam ferulat menjadikan bekatul sebagai bahan baku yang berpotensi untuk dijadikan pangan fungsional.

Efek hipoklesterolemik bekatul dan beberapa fraksinya (neutral detergent fiber, hemiselulosa, minyak bekatul padi, dan bahan tak tersabunkan) telah banyak diorservasi baik pada hewan percobaan maupun manusia. Minyak bekatul padi menurunkan secara nyata kadar kolesterol darah, LDL kolesterol, VLDL kolesterol, dan dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol darah. Kemampuan minyak bekatul padi menurunkan kadar kolesterol dikarenakan adanya oryzanol dan kemampuan lainnya dari bahan yang tidak tersabunkan. Disamping mempunyai efek dapat menurunkan kadar kolesterol darah, penelitian terbaru menunjukkan bahwa asam ferulat juga mempunyai peranan dalam menurunkan tekanan darah dan glukosa darah baik pada uji hewan maupun uji manusia.

Selama ini bekatul padi sebagai hasil samping penggilingan padi bersifat limbah dan dimanfaatkan sebagai pakan dengan nilai ekonomi rendah. Sebenarnya bekatul padi dapat digunakan sebagai bahan baku industri makanan maupun industri farmasi.

Pangan fungsional didefinisikan sebagai makanan yang berdasarkan pengetahuan tentang hubungan antara makanan/komponen makanan dan kesehatan diharapkan mempunyai manfaat kesehatan tertentu (Broek, 1993). Karena merupakan makanan, maka pangan fungsional menurut ilmuwan Jepang mempunyai tiga fungsi dasar, yaitu (1) sensory (warna dan penampilan menarik, citarasanya enak), (2) nutritional (bernilai gizi tinggi), dan (3) physiological (memberikan pengaruh fisiologis yang menguntungkan bagi tubuh). Beberapa fungsi fisiologis yang diharapkan dari pangan fungsional adalah pencegahan timbulnya penyakit, meningkatkan daya tahan tubuh, regulasi kondisi ritmik tubuh, memperlambat proses penuaan, dan penyehatan kembali (recovery). Dengan demikian, meskipun mengandung senyawa yang berkhasiat bagi kesehatan, pangan fungsional bukan kapsul, tablet atau bubuk yang berasal dari senyawa alami. Oleh karena itu pangan fungsional seharusnya dikonsumsi sebagaimana layaknya makanan sehari-hari, bentuknya dapat makanan maupun minuman.

Untuk pangan, bekatul dapat dicampur dengan bahan lain pada pembuatan biskuit, kue, dan lain-lain. Penggunaan bekatul secara komersial di luar negeri baru pengekstrakan bekatul untuk minyak goreng. Pemanfaatan bekatul yang telah diawetkan sebagai makanan sarapan sereal, dengan perbandingan (%) tepung beras : bekatul dari 90 : 10 sampai dengan 30 : 70. Substitusi bekatul padi 15 % pada tepung terigu dilaporkan memberikan hasil yang optimal terhadap penerimaan cookies dan roti manis. Substitusi ini meningkatkan kandungan serat pangan (hemiselulosa, selulosa, dan lignin) dan niasin pada produk (Muchtadi et al., 1995).

Dari uraian di atas terlihat bahwa bekatul padi mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai pangan fungsional. Potensi ini berkorelasi positif dengan padi/beras sebagai konsumsi utama masyarakat Indonesia. Pemanfaatan limbah penggilingan padi dapat diolah menjadi bekatul awet, dan kemudian diolah lanjut sebagai pangan fungsional, semoga.


Sumber :
http://www.kamusilmiah.com/pangan/sehat-dengan-mengkonsumsi-bekatul/

21 Juni 2010